Cerita dewasa petualangan sex geng joni
Keramaian pasar di kota kecil hari itu terlihat sangat biasa. Para pedagang sayur-mayur dan buah-buahan tampak menjajakan dagangannya seperti biasa. Tidak luput penjual daging yang menggantungkan daging sapi dan kambing yang memerah segar seperti hendak memaksa para pembeli untuk segera membeli walaupun harganya saat ini sudah melangit.
Angkot tampak berbaris menunggu penumpang, dan timer berteriak-teriak mencari penumpang, sehingga turut meramaikan suara-suara bising di sekitar pasar. di seberang pasar deretan ruko toko obat, kelontong dan alat elektronik berjajar dan tidak pernah sepi pembeli walaupun di kota kecil di daerah jawa tengah, seakan perekonomian begitu hidup dan makmur.
Tiga sekawan, Joni dan anak buahnya Ipul alias Gondrong, serta Edi alias Gentong berjalan di antara barisan angkot. Si Edi sesekali memukul body angkot, iseng. Joni terkenal sebagai ketua ormas yang menguasai seluruh urusan keamanan di kota kecil itu. Sudah turun temurun keluarga Joni dikenal sebagai pendekar yang tidak terkalahkan. Bahkan sempat pernah ia ditantang pendekar silat dari berbagai kota, dan hasilnya sebagian pendekar itu pulang dalam peti mayat dan sisanya menjadi pengemudi kursi roda.
Rambut cepak berkulit sawo matang cenderung coklat tua, wajahnya di hiasi oleh kumis dan janggut tipis, matanya tajam menyiratkan wibawa, serta selalu menyelipkan keris di punggungnya. Baju jarik dan celana jeans dipadu dengan kaos putih seakan Joni tidak pernah berganti pakaian, namun sesungguhnya Joni memiliki beberapa pakaian yang sama,sebagai identitas dirinya.
Beda dengan si Ipul alias Gondrong. Di balik rambut gondrongnya yang berombak dengan panjang sebahu yang selalu dibiarkan tergerai, serta kumis dan brewok. Tatapan matanya tidak setajam Joni, dan bibirnya selalu menyunggingkan senyum ramah terutama kepada wanita yang berpapasan dengannya.
Beda dengan Edi alias Gentong. Rambutnya lurus dan tertata rapi, serta kaos ketat yang entah kenapa selalu menjadi ciri khasnya sehingga membuat perut gendutnya terlihat semakin membundar. Kumis ala kaisar Ming menghiasi wajah lucunya yang terlihat menggemaskan walaupun tingkah polahnya dibuat-buat supaya orang takut kepadanya.
Mereka bertiga sudah 35 tahun berteman, bahkan bisa dibilang sudah seperti saudara kandung. Jadi tiga sekawan inilah yang saat ini menjadi kepala keamanan di kota kecil itu. Polisi bahkan TNI pun segan kepada mereka, karena keluarga Joni sudah beranak-pinak dan menjadi jawara di kota itu sejak jaman penjajahan Belanda. Maka tidak heran kalau kasus pembunuhan bahkan perkosaan yang melibatkan geng Joni, tidak pernah ditindak-lanjuti oleh kepolisian.
Warga kota dan desa sekitarnya sepertinya aman dikelola oleh ormas pimpinan Joni. Selama taat bayar “pajak preman” ,maka tidak akan terjadi apa-apa. Kalaupun telat bayar bisa berhutang dengan menggadaikan surat kendaraan, toko, atau sawah. Dibalik penampilannya sebenarnya Joni pun kadang tidak tega dengan orang-orang yang sedang mengalami kesusahan, oleh karena itu ia menekankan kepada anggota ormas agar tidak terlalu memaksa, apalagi kepada pedagang kecil yang hanya berjualan sayur atau buah.
Mereka bertiga masuk ke toko obat milik Pak Wong. Pak Wong adalah keturunan Cina yang sudah sejak muda berjualan obat di pasar itu. Pak Wong sudah tujuh bulan tidak bayar iuran keamanan rutin, karena istrinya sakit keras dan membutuhkan biaya pengobatan. Pak Wong langsung bangkit dari kursi kayunya, ketika tiga sekawan itu menghampiri tokonya.
“Gimana, Koh?” sapa Joni tanpa basa-basi.
“Aduh, Mas Joni, maaf.” Pak Wong tampak memelas.
“Maaf, melulu kapan mau bayar? Mau aku obrak-abrik ini toko.” Gentong langsung nyerocos dengan lagak sengaknya.
“Begini, saya cuma bisa bayar tunggakan untuk 1 setengah bulan saja. Kemarin, Saya baru gadai surat toko saya.” Pak Wong berkata sambil mengeluarkan amplop putih.
“Dasar Cina pelit! Baru katanya baru gadai toko.” Gentong nyerocos lagi dengan kasar.
Joni memberi tanda agar si gentong diam. Gentong pun langsung beringsut mundur. Sebenarnya si Gentong ini penakut hanya lagaknya saja belagu.
“Istri saya baru operasi lusa lalu. Syukurlah, kondisinya sudah mulai membaik. Boleh ya, Mas Joni?” kata Wong sambil membetulkan letak kacamatanya karena gugup.
“Kapan sisanya?” kata Joni sambil mengambil amplop ditangan Pak Wong.
“Kalau istri saya sudah membaik dan boleh pulang, semoga bulan depan bisa saya lunasi tunggakan. Janji deh. Saya juga sudah berusaha pinjam dari kakak saya di Jakarta.” Kata Pak Wong dengan nada memelas.
Si Gondrong mencolek Joni sambil mengarahkan matanya kepada Meylan anak Pak Wong yang sedari tadi sibuk mencatat stock obat di rak.
gadis cina
cerita hot pemerkosaan
Meylan berkulit putih dengan rambut panjang sepinggang. Dari balik tshirt orange nya tampak gundukan payudara yang terlihat menantang, apalagi dari tempat Gondrong berdiri dapat dengan jelas melihat belahan buah dada ranum, tidak besar tapi kencang. Celana ketatnya membuat lelaki manapun pasti memuji keindahan lekuk tubuh Meylan yang saat itu berusia 22 tahun.
“Ya udah, urus deh!” kata Joni kepada Gondrong. “Tempat biasa.”
Tanpa basa-basi si Joni berbalik meninggalkan toko sambil menarik si Gentong yang sedari tadi berdiri bertolak pinggang, seakan menakut-nakuti orang-orang yang lalu lalang di sekitar toko.
Gentong duduk bersandar sambil menikmati kepulan asap rokok kawungnya. Tempat ia bersandar adalah sebuah gang dengan terlihat pintu-pintu berjejer. Pintu-pintu itu adalah kamar-kamar kecil yang disewakan. Kalau malam tiba daerah belakang pasar itu menjadi tempat prostitusi pelacur kelas teri. Tidak hanya kamar namun terdapat bar-bar kecil yang menawarkan minuman keras. Geng Joni memiliki asset dari kamar-kamar yang disewakan, sehingga bebas bagi mereka menggunakan kamar-kamar itu.
Masih berpakaian lengkap, Meylan duduk sambil menangis sesengukan di pinggir ranjang. Si Gondrong berlutut didepan gadis itu, merayunya supaya tidak menangis. Memang biasanya kalau ada orang menunggak geng Joni minta bayaran hal lain, kalau tidak sanggup bayar dengan surat kendaraan atau rumah, biasanya dibayar dengan istri atau anak para penungggak.
Meylan teringat kata-kata ayahnya sewaktu si Gondrong mengajukan syarat. Ini semua demi ibunya dan kelangsungan hidup keluarganya. Meylan jelas-jelas menolak namun ayahnya memaksa dan memohon. Sebagai anak yang patuh pada orang tua, tidak tega melihat kondisi keluarganya. Ia pun juga harus menanggung malu apalagi sampai diketahui oleh keluarga Aliang, pacarnya. Maka sepanjang perjalanan bersama Gondrong ke belakang pasar tadi Meylan menahan tangisnya dengan menunduk menutupi wajahnya, supaya tidak menjadi pembicaraan orang-orang yang melihatnya berjalan dengan Gondrong. Walaupun ia yakin ada beberapa orang yang sudah tahu, Jika ada wanita yang ikut si Gondrong berarti si wanita akan segera “dipakai”. Hal yang menjadi rahasia dan rumor umum di kalangan penghuni pasar, namun mereka enggan membicarakan hal tersebut karena takut didengar geng Joni.
“Sudahlah, kamu nikmatin aja. Mas Joni baik kog. Toh ini demi keluarga kamu.” Si Gondrong merayu sambil memegang kedua paha bulat gadis itu.
Saat itu hanya mereka berdua saja didalam kamar. Joni entah sedang pergi kemana. Si Gentong di suruh tunggu diluar, karena si gendut cabul itu suka nyerocos sembarangan dan kasar, bisa tambah runyam nanti sebelum menikmati menu utama.
Sebenarnya si Gondrong ingin segera melibas gadis itu, merobek bajunya, menyodok dan menyemprotkan peju-nya berliter-liter di dalam memek perempuan itu. Tapi si Gondrong orang yang setia kawan, selain itu posisi Joni adalah atasannya. Selama tidak ada perintah, maka ia tidak akan bertindak. Biar Joni duluan yang harus menikmati hasil jarahan siang itu.
Baca Juga : Cerita dewasa memaksa anak ibu kost yang pendiam dan masih perawan
“Jangan nangis gitu dong.” Si Gondrong berusaha menyingkirkan kedua tangan Meylan yang menutupi wajah cantik gadis itu. “Jelek kamu kalau nangis.”
Pintu terbuka. Gondrong langsung menoleh, ketika Joni masuk. Wajah Joni tampak kesal. Gondrong tau, Joni pasti abis ribut sama orang lain yang juga menunggak iuran. Seingatnya, mereka punya tagihan kepada 3 orang lagi yang menunggak iuran.
“ASU itu si Joko. Besok kalo sampai nggak bayar tak pecahin kepalanya!” umpat Joni kesal.
Gondrong segera berdiri, dan menunjuk Meylan yang masih sesegukan “Nih, jaminannya.”
“Kamu diluar deh!” perintah Joni. “Si Gentong jagain tuh! Ntar ngintip lagi dia.”
Gondrong keluar kamar dan menutup pintu. Dilihatnya si Gentong yang duduk sambil menggoda cewek pelacur pasar yang lewat. Gondrong hafal betul pelacur-pelacur kelas teri di pasar, hampir semuanya pernah ia cicipi dan GRATIS dengan asuransi perlindungan dari geng Joni. Gondrong mencolek Gentong meminta rokok. Si Gentong memberikan tembakau yang dicampur ganja, beserta papier nya. Segera Gondrong melintingnya.
Terdengar teriakan bercampur tangisan histeris dari dalam kamar, tanda si Joni sudah beraksi menggarap Meylan. Perempuan yang berjalan lewat di depan Gondrong sampai terlonjak kaget mendengar teriakan itu, ia melihat kearah pintu tempat di mana mereka berdua duduk.
“Apa kamu liat-liat! Mau juga!” Si Gentong langsung membentak perempuan itu.
Perempuan itu langsung cepat-cepat melangkahkan kaki meninggalkan daerah itu. Tidak perlu tahu apa yang terjadi, karena di daerah itu hampir setiap hari ada perempuan baru yang diperkosa dan dijadikan pelacur. Teriakan dan raungan wanita diperkosa seakan menjadi suara wajib di lorong prostitusi itu.
**************
Joni hanya mengenakan celana dalam saja. Tubuh kekar berototnya menindih tubuh Meylan dari belakang, yang masih berpakaian lengkap. Meylan meronta, memukul, menendang, berteriak histeris. Namun Joni yang mahir memperkosa wanita seakan menikmati hal itu. Pukulan dan tendangan Meylan mampu diredamnya. Wanita itu menjerit-jerit histeris,berusaha bangkit. Joni memegang celana jeans ketat wanita itu dari belakang. Menikmati pinggang ramping Meylan. Sambil tangannya berusaha meraih kancing celana jeans perempuan itu. Ketika diraihnya kancing jeans Joni dengan cepat membukanya beserta ritsletingnya. Kemudian ia langsung mengambil posisi duduk disambil menarik celana itu. Terang saja Meylan langsung berbalik hendak menendang Joni. Tapi Joni sangat cepat. Ia menarik ujung celana Jeans sehingga melorot sampai ke lutut gadis itu. Meylan berusaha menahan celananya, terjadilah tarik menarik antara mereka. Joni melepaskan ujung celana jeans dan kemudian, menerkam, menindih perempuan itu. Tangan Joni dengan cepat menyusup di balik kaos merah Meylan menjalari perut putih mulus dengan cepat dan meremas payudara yang masih terbungkus bra. Meylan gelagapan lupa dengan celananya berusaha menyingkirkan tangan kiri Joni yang sudah berada di payudaranya tapi gagal karena tangan Joni berada di balik bajunya.
Meylan sudah tidak bisa menendang lagi karena kakinya terhalang celana panjangnya. Tangan kanan Joni sudah meraih selangkangan gadis itu yang masih terbalut celana dalam putih.
Meylan berusaha meronta tapi tangan lelaki di atasnya lebih kuat mencengkram dan meremas payudara dan selangkangannya. Nafas perempuan itu ngos-ngosan dan kehabisan tenaga sehingga serangan Meylan mengendur.
Sedangkan tangan kanan Joni sudah bermain di vagina yang masih terbalut celana dalam putih itu. Meylan menggelinjang kecil ketika kewanitaannya disentuh tangan Joni.
Melihat lawannya sudah terlihat pasrah tidak berdaya. Joni beringsut meneruskan menarik celana panjang Meylan yang masih tersangkut. Ketika celananya lepas, Meylan berbalik badan berusaha merangkak bangkit. Joni dengan cepat meraih mata kaki perempuan itu, ditariknya sehingga perempuan itu terjerembab tengkurap di ranjang. Joni meraih celana dalam putih dan di tariknya hingga terlepas melintasi paha putih mulus gadis itu. Meylan berusaha meraih celana dalamnya, ia tidak mau kehilangan keperawanannya. KREK! Joni menarik celana dalam tipis itu sampai robek. Kemudian ia menindih perempuan yang masih tengkurap itu.
Meylan megap-megap karena kehabisan nafas dan tenaga. Dibiarkannya tangan joni meremas-remas pantat mulusnya.
Joni langsung memelorotkan celana dalamnya, mengeluarkan penisnya yang sudah ngaceng. Ia langsung menggesek penisnya di belahan pantat Meylan.
Gadis itu kaget dengan benda bulat besar dan keras yang berada di belahan pantatnya. Ia pernah melihat dan mengocok penis Aliang pacarnya, dan ia tahu pasti yang berada di pantatnya sekarang adalah penis si Joni.
Joni membuka paha gadis itu dengan menggunakan kedua kakinya. Meylan sudah kehabisan tenaga, sehingga tidak mampu menolak lebih jauh.
Joni meletakkan kepala penisnya diujung pintu masuk vagina wanita itu.
“Jangan..jangan.” Meylan bersuara lemah dengan serak.
Bagi lelaki yang sudah pengalaman seperti Joni, tahu letak lubang vagina tanpa harus melihat. Joni memaksakan penisnya masuk ke dalam vagina sempit gadis tionghoa itu.
“Arggg….Sakiiittt…..aaaahh..” Meylan mengaduh.
Apa daya ia sudah kehabisan tenaga, Meylan merasakan penis bulat dan panas memasuki liang vaginanya.
Joni merasakan penisnya menembus selaput dara perempuan itu, dan terus merangsek masuk ke dalam vagina peret yang sangat sempit itu.
Meylan sudah pasrah ia sudah tidak sanggup berteriak ketika dirasanya penis itu merobek selaput daranya. Rasa perih tidak terperi dirasakannya, namun ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah ketika benda bulat tumpul itu memenuhi seluruh liang vaginanya. Tangan kanan Meylan erat mencengkeram tiang ranjang karena merasakan sakit di selangkangannya. Joni mendesak penisnya dengan paksa agar masuk mentok ke ujung liang vagina.
“Auuughhh…”Meylan mengaduh.
Joni menghela nafas ketika penisnya sudah masuk mentok di ujung rahim Meylan. Joni memang sudah berpengalaman dalam hal memperawani perempuan. Setelah masuk ia mendiamkan dulu titit nya supaya Meylan tidak merasa terlalu sakit. Dibelai-belainya rambut hitam panjang perempuan itu yang terlihat acak-acakan. Mengelusi punggung mulus di balik kaos Meylan dan melepas tali bra, supaya nanti mudah untuk meremasi tetek perempuan ini. Halus sekali kulit perempuan ini, pikir Joni.
“ssst…aduh” Meylan mengaduh, ketika Joni mulai menggesek penisnya di memek Meylan. Rasa perih kembali dirasakan perempuan itu, tapi tidak seperih pertama kali ketika titit Joni merengut keperawanannya. Joni sangat gentle dalam memberi kenyamanan bercinta apalagi kepada wanita yang baru pertama kali berhubungan sex. Pelan dan teratur Joni menggesek penis nya di vagina sempit dan lembab. Rintihan Meylan didengarnya sebagai sebuah orkestra yang menjadi indicator goyangannya.
Meylan merasakan perih berangsur-angsur hilang, perlahan digantikan dengan rasa seperti kesemutan di seluruh tubuhnya. Rasa kesemutan mulai berubah menjadi rasa geli. Sementara Joni merasakan vagina si gadis mulai becek tanda sudah mulai hilang rasa kuatir si gadis. Joni mulai menaikkan kecepatan berlahan-lahan. Rintihan Meylan mulai berubah menjadi desahan. Legitnya vagina perempuan itu membuat Joni seakan tidak mau melepaskan tititnya dari dalam lubang kenikmatan sempit yang mulai becek itu.
“Ahhh….aahhh..eegggkk…” Meylan mendesah, ia merasakan tubuhnya seperti disengat listrik yang mengalir dari ujung kemaluannya sampai keubun-ubun. Tubuh Meylan kelojotan sebentar, kedua tangannya mencengkeram seprai, ia megap-megap dan kemudian melemas tanda orgasme pertamanya didapatkannya. Joni mendiamkan penisnya di dalam vagina meylan ketika dirasakan rasa hangat memenuhi liang vagina perempuan itu. Inilah yang enak bagi Joni, adalah ketika merasakan wanita orgasme pertama kali, penis nya terasa di sedot-sedot dan di urut-urut oleh liang yang masih sempit itu. Joni langsung memacu kontol nya, Meylan berteriak blingsatan lagi, karena rasa gatal menyelimuti kembali tubuhnya. Joni menyodok dalam-dalam penisnya sampai mentok.
“arrgghh..makan….biar bunting lo!” Joni mengerang ketika pejunya muncrat di dalam vagina Meylan.
Sementara Meylan merasakan dibagian perutnya rasa panas akibat semprotan peju Joni.
Joni langsung melemas. Ia mengelus-mengelus punggung yang masih tertutup kaos berwarna orange itu. Meylan masih tengkurap. Ia sudah pasrah, untung saja sebelum berangkat ayahnya menyuruh minum pil KB supaya nggak bunting.
Joni mengeluarkan penisnya yang sudah loyo itu dari vagina Meylan. Cairan putih bercampur darah perawan, ikut keluar dari dalam lubang vagina perempuan itu. Joni mengambil sobekan celana dalam Meylan yang teronggok di pinggir ranjang , kemudian mengelap penisnya yang penuh darah perawan perempuan itu.
“Ini sisa perawan kamu.” Joni menunjukkan kain yang merah karena bercak darah. “kamu simpan gih, sapa tau bisa buat jimat.” Joni melempar kain itu ke Meylan.
Perempuan itu berbalik duduk sambil menatap selangkangannya. Tidak henti-hentinya cairan lendir keluar dari dalam vaginanya. Banyak sekali peju yang di semprot Joni tadi rupanya.
Joni beringsut ke belakang Meylan. Ia meraih kaos orange yang masih dipakai gadis itu. Joni melepaskan kaos Meylan, tanpa penolakan dari perempuan itu. Kemudian ditariknya bra sehingga kini Meylan telanjang bulat. Buah dadanya putih bulat dengan putting coklat dan pentil yang masih kecil tampak menantang untuk di hisap. Joni kemudian meremas toket itu dari belakang, jari jemarinya mempermainkan putting susu Meylan.
Meylan sudah pasrah, ia menikmati permainan Joni. Joni membaringkan tubuh perempuan itu, kemudian menyerbu payudara yang masih kencang dan kenyal itu, di hisap dan di permainkan lidahnya di puting susu sehingga Meylan menggelinjang. Joni menjilati tubuh putih mulus milik gadis keturunan cina itu, sehingga makin menggelinjang.
Penis Joni ngaceng lagi. Dibukanya paha Meylan, dan ditindihnya putih mulus itu, kemudian dengan mudah Joni menyodok penisnya di vagina yang sudah becek oleh air maninya tadi.
Meylan pasrah ia melingkarkan kedua tangannya memeluk Joni, ketika Joni menggesek titit nya di liang vaginanya, dirasakannya rasa geli dan gatal kembali menguasai tubuhnya.
********************
“Tadi kamu ngintip ya?” Kata Joni. Ia keluar pintu kamar.
“Nggak aku dari tadi disini.” Gentong yang lagi duduk sambil melinting rokok berkata dengan nada gugup.
Joni sudah selesai menggagahi Meylan. Ia sudah berpakaian, sedangkan perempuan itu ditinggal masih dalam keadaan telanjang di dalam kamar.
Sebenarnya Gentong memang tadi ngintip, karena dilihatnya Joni sudah selesai, ia segera berpura-pura melinting rokok. Memang keahlian si Gentong untuk ngintip, entah Joni atau Gondrong dapet jarahan, ia selalu ngintip. Nggak pernah si Gentong dapet jatah duluan karena kalau nggak Joni atau Gondrong yang dapet duluan.
“Si Gondrong mana?” Joni melihat sekeliling.
Hari sudah mulai gelap. Lampu-lampu bar remang-remang mulai dinyalakan. Sebagian sudah mulai pasang musik dangdut. Semerbak wangi parfum murahan dari perek-perek kelas teri bergincu tebal membuai siapa pun yang melewati lorong maksiat itu. Dari dalam pintu-pintu rumah bordil yang berderet di sepanjang lorong itu, mereka keluar, siap untuk memangsa birahi para lelaki.
“Tadi ke situ.” Gentong menunjuk sebuah rumah bordil yang ada seorang pelacur gemuk berdiri di depannya. “Nggak tahan nungguin Boss. Paling maen sama si Inah langganan dia.” Gentong menyalakan rokoknya.
“Aku balik dulu, tuh kalo mau, mumpung masih telanjang.” Si Joni berjalan meninggalkan si Gentong.
Gak perlu dua kali disuruh, walau badan gemuk, kalau urusan ngewe si Gentong langsung sigap dan lincah. Dibuangnya rokok yang baru dinyalakannya.
Ia segera masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Meylan masih tergeletak bugil. Lemas di atas ranjang. Dari bibir vaginanya yang ditumbuhi rimbunan jembut tampak sisa sperma Joni yang belum di bersihkan.
Gentong langsung telanjang kemudian naik ke ranjang dan meremas-remas buah dada putih Meylan. Meylan sendiri sudah pasrah. Di ronde dua tadi, entah berapa kali ia sudah dibuat orgasme oleh Joni sepanjang permainan. Otot-otot tubuhnya seperti berlolosan dan lemas.
Gentong menindih tubuh putih mulus itu.
“hegh…” Meylan merasakan tubuh gendut itu berat menindih badannya.
Gentong mengarahkan tititnya ke dalam vagina Meylan. Tititnya dengan lancar masuk ke dalam vagina yang becek oleh air mani Joni.
“Huff…” Meylan mendesah ketika penis si Gentong masuk.
Laki-laki gendut itu segera bergoyang. Bau keringat si Gentong membuat Meylan tidak tahan. Tapi apa daya ia sudah tidak bertenaga. Mungkin habis ini si Gondrong yang ambil bagian. Tiba-tiba dirasakannya cairan panas menyembur di dalam vaginanya. Rupanya si Gentong sudah keluar. Cepat sekali tidak seperti Joni tadi, pikir si Meylan.
Si Gentong mendengus-dengus ketika penisnya mengeluarkan cairan maninya di dalam vagina sempit dan becek itu. Tidak berapa lama, laki-laki gemuk itu mengeluarkan tititnya yang sudah loyo. Tambah becek memek Meylan yang sudah dipenuhi air mani laki-laki bangsat itu.
Gentong segera bergulir di samping Meylan. Ia bersiap untuk ronde kedua.
Tiba-tiba pintu terbuka. Si Gondrong masuk. Rupanya si Gentong lupa mengunci pintu saking semangatnya.
“Eh, dipanggil Kang Joni tuh.” Kata Gondrong.
“Lah katanya mau pulang tuh orang?” Sahut Gentong.
“kayak nggak tau aja. Sana! Ntar dia ngamuk repot.”
Dengan enggan Gentong bangkit, padahal belum puas, tapi ya udahlah, yang penting udah croot. Ia segera berganti pakaian dan berjalan keluar kamar.
Si Gondrong berdiri melihat tubuh telanjang Meylan. Ia berjalan menghampiri ranjang. Kemudian memunguti celana dan baju Meylan yang bertebaran di lantai. Diberikannya kepada perempuan itu.
“mandi gih sana! Biar aku antar pulang. Kalau malam daerah sini rawan, bisa diperkosa lagi nanti kamu.” Kata Gondrong kepada perempuan itu.
Meylan sempat kaget, dipikirnya lelaki itu hendak menggaulinya lagi. Ternyata si Gondrong baik juga. Meylan segera memaksakan diri untuk bangkit, ia berharap si Gondrong tidak berubah pikiran. Diluar dugaannya si Gondrong membantunya turun dan memapahnya ke kamar mandi karena awalnya Meylan agak sulit jalan akibat rasa perih di vaginanya yang muncul kembali.
Si Gondrong sudah 2 ronde dengan Inah pelacur kelas teri di rumah bordil di dekat situ. Maka dari itu walau melihat tubuh putih mulus Meylan, si Gondrong enggan menyentuhnya karena nafsunya sudah tersalurkan tadi.
Setelah membersihkan diri seadanya dan Meylan berpakaian. Si Gondrong mengantarkan Meylan sampai ke rumahnya. Ternyata baik juga si Gondrong, pikir Meylan dalam hati. Sepanjang perjalanan dirasakannya bagian selangkangannya masih sedikit perih akibat di hajar titit Joni tadi.
“Kalian ngapain?”
Suara keras dari seorang wanita mengagetkan kedua pria yang sedang asyik menghisap ganja itu.
Dua orang polwan berdiri di hadapan mereka. Kedua pria itu kaget setengah mati melihat polisi yang tiba-tiba muncul dari balik gang sempit di belakang pasar itu. Tidak biasanya polisi berseragam sampai masuk sampai ke area prostitusi gelap dibelakang pasar. Palingan hanya sampai jalan depan pasar, mengatur lalu lintas sambil menggedor body mobil angkot yang suka berhenti lama, itupun hanya polisi gendut, bukan polwan yang masih muda dan cantik.
Rina berambut sebahu dengan wajah tirus dan tubuh yang semampai. Rina terlihat lebih kurus dari polwan yang bernama Wati. Wati berambut cepak bondol. Yang berambut bondol tidak, gemuk hanya saja potongan badannya agak sedikit besar. Kulit keduanya tampak putih mulus terawat seperti polwan-polwan yang sering jadi bintang di TV, bahkan dengan make up minim seperti hari itu, mereka tetap terlihat cantik.
Keduanya baru lulus akademi kepolisian, Rina dan Wati. baru seminggu diperbantukan di kota kecil itu. Karena baru bertugas. Kedua polwan itu masih senang muter-muter dan jalan-jalan. Walaupun sudah diingatkan oleh atasan mereka untuk hanya berpatroli sekitar daerah pemukiman, tapi namanya perempuan selalu penasaran apalagi menyangkut soal pasar dan belanja.
“Lagi ngisep ganja ya?” celetuk Wati. “Ayo ikut ke kantor!”
“Buset dah, Baunya sampai ujung gang.” Rina dengan logat betawi-nya yang kental sambil mengibas-ngibas tangannya.
Kedua lelaki itu bernama Irwan dan Anto. mereka adalah anak buah geng Joni yang sehari-hari nongkrong dan mabok disekitaran pasar. Selain itu mereka juga menjadi bandar ganja di sekitaran lokalisasi pelacur kelas teri.
Irwan reflek berdiri dan menghindar ketika Wati hendak merebut lintingan dan sekantung ganja yang ada di tangannya. Ketika Wati hendak menyerang kembali, pemuda itu menendang kaki Wati, dan Anto mendorong Wati hingga jatuh menabrak Rina, Kedua polwan itu jatuh terjungkal di jalanan semen yang becek dan bau pesing.
Irwan dan Anto langsung lari tunggang-langgang. Paranoid. Lagi nyimeng mendadak muncul polisi. (Kebayang gak gan? Kalo agan dulu waktu kecil pernah lagi coba-coba belajar merokok terus tiba-tiba nyokap atau bokap lo muncul dari belakang. Nah, kayak gitu rasanya.)
Wati dan Rina dengan sigap bangkit. Kedua-nya langsung mengejar dua preman pasar yang kalang-kabut itu. Karena baru bertugas, Rina dan Wati tidak dibekali dengan pistol, karena sebenarnya keduanya hanya bertugas mengawasi ketertiban dan kebersihan di daerah pemukiman.
“Maling!…Maling!” Wati berteriak.
Orang-orang yang sedang lalu-lalang dan duduk-duduk sepanjang lorong langsung sigap mendengar teriakan. Tapi begitu mereka mengetahui kalau ternyata Irwan dan Anto yang sedang dikejar, maka mereka hanya terdiam mematung sambil melihat kedua polwan itu berlari mengejar preman kelas teri itu. Kalau ada yang ikut mengejar bisa habis nantinya di hajar geng Joni. Apalagi sepanjang lorong itu kebanyakan juga teman Anto dan Irwan, yaitu pria hidung belang, sesama preman, pedagang asongan, pelacur dan germo.
Rina bingung ketika melintasi orang-orang di sekitarnya, karena nggak biasanya orang-orang hanya diam melihat. Apalagi kalau mendengar teriakan sakti dengan kata ‘maling’. Tapi ia terus ikut berlari mengikuti Wati yang emosi karena tadi jatuh di tendang oleh kedua preman itu. Maklum Wati keturunan Jawa campur Sumatra, emosinya Sumatra-nya sedang meledak saat ini.
Irwan dan Anto tidak lari ke arah jalan raya tetapi semakin masuk ke dalam gang.
“Sudah Wat. kita lapor saja ke kantor.” Kata Rina dengan nafas tersenggal-senggal.
Tapi Wati tidak mempedulikan perkataan Rina. Dia terus berlari memburu kedua preman kampong itu. Rina mencoba meraih HT di pinggangnya namun ternyata HT nya tidak ada. Rupanya jatuh saat mereka terjungkal tadi. Hanya Wati yang HT nya masih tampak menggantung, tapi wanita itu tidak mau berhenti berlari, tidak mau melepaskan buruannya. Rina mengikutinya dengan nafas yang sudah mulai berat, mungkin karena emosi, jadi si Wati menjadi berlipat tenaganya.
Kedua polwan itu berbelok di gang antara dua rumah. Di kiri-kanan gang tersebut terdapat dua buah rumah yang tampak tertutup rapat dan mungkin tidak berpenghuni. Diujung gang dibatasi tembok sekitar 1,5 meter. Rupanya gang buntu. Tampak Anto sedang susah payah memanjat tembok yang membatasi gang tersebut.
Rina menghentikan langkahnya untuk mengatur nafas. Sedangkan Wati berlari menyergap sambil kemudian menarik kaki Anto yang setengah badannya sudah berada di batas atas tembok.
“Turun Kamu!.” Bentak Wati, sambil menarik paksa ujung celana dan kaki Anto..
Anto reflek menendang-nendang hendak melepaskan cengkraman polisi itu, sehingga kakinya mengenai wajah dan dada Wati. Polwan itu kewalahan akibat tendangan kaki Anto, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Melihat temannya jatuh, Rina beringsut maju, hendak membantu. Tiba-tiba sebuah benda keras menghantam tengkuknya. Rina langsung jatuh lemas, pandangannya menjadi gelap.
***************************************************
Rina membuka matanya. Ia melihat segerombolan pemuda berdiri di depannya. Terbaring di lantai yang dingin dan berdebu, Ia berusaha menggerakan tangannya namun ternyata kedua tangannya di borgol ke kaki meja. Rina berusaha mengenali tempat dimana dia tersandera yang seperti sebuah gudang. Terdapat banyak kotak kayu bertumpuk-tumpuk di sekelilingnya.
“udah bangun dia, boss.” Suara lelaki muda kurus berkulit hitam, dengan tindikan di hitung, di depannya sambil menoleh ke kiri.
Rina menoleh ke arah yang ditunjukkan kepala lelaki itu. Tampak seorang lelaki berjanggut dan berkumis tipis duduk di sofa rombeng di pojok ruangan. Didepannya sebuah peti bekas berfungsi sebagai meja yang diatasnya tampak alat hisap narkotika. Tumpukan daun ganja kering. Joni menghisap bong sabu besarnya dan mengepulkan asapnya. Kemudian ia berdiri menghampiri Rina.
“Ini akibatnya kalau polisi sok tau berani ganggu kelompok kita.” Joni tersenyum mesum tatapannya tidak lepas dari tubuh Rani yang terborgol tidak berdaya di lantai.
“Lepasin gue! Liat aja lo bakal tahu akibatnya nanti!” Rina menggertak.
“Kamu anak baru di kota ini. Nggak usah sok jago mentang-mentang pakai seragam.mustinya atasan kamu sudah kasih kamu pengarahan. Atau kalian lagi cari muka supaya naik pangkat?”
Terdengar teriakan histeris Wati. Rina segera menoleh ke kirinya arah suara itu berasal. Ia sempat lupa dengan Wati. Dan kini dilihatnya pemandangan mengerikan. Wati bugil, dengan kedua tangannya di borgol ke pipa besi di pojok ruangan. Seorang lelaki gendut yang tidak mengenakan celana sedang berada di antara selangkangan Wati. Lelaki itu memperkosa Wati yang terlihat meronta-ronta berusaha menolak penis lelaki gendut yang sudah tenggelam di memeknya. Semakin Wati memberontak, semakin lelaki gendut itu merem melek.
Suara tertawa lelaki setengah telanjang di sekeliling Wati membuat suasana tiba-tiba menjadi ramai. Para lelaki itu sedang mengocok penis mereka masing-masing di hadapan Wati kemudian Ada pula yang meremasi toket Wati yang putih dan besar itu. Seragam Wati terlihat teronggok robek terinjak-injak oleh komplotan yang kemudian berkerumun melihat adegan itu. Lelaki gemuk yang sedang memperkosa Wati menghentikan goyangan pantatnya, wajahnya merem melek keenakan karena sedang mengeluarkan mani-nya di dalam vagina Wati. Kemudian ia mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Wati.
“Si Gentong, edi tansil.” ledek lelaki yang berdiri membelakangi Rina. disusul suara ketawa gerombolan itu.
“Eh, aku ini setia kawan biar semua kebagian. Kapan lagi nge-croot di memek polwan. Siapa lagi tuh? Daripada ngocok depan TV sambil liat polwan.” Suara lelaki yang dipanggil Gentong itu menyela dengan logat Jawa yang kental.
Sebagian lelaki yang sudah setengah telanjang itu segera berebutan untuk dapat segera menancapkan penis mereka ke dalam Wati.
“Eh, aku dulu ini kan jarahan aku.” Anto lelaki yang tadi dikejarnya rupanya berada diantara para lelaki yang sedang mengocok itu.
Kawan-kawannya segera mundur untuk memberi jatah kepada Anto. Anto langsung mengambil posisi diantara selangkangan Wati dan mengarahkan penis panjangnya.
Baca Juga : Cerita Dewasa – Kesempatan ngentot
“ahhhkk….” Wati mengerang ketika Anto mendesak masuk penisnya.
Bersamaan dengan itu seorang lelaki lain menyodorkan penisnya ke mulut Wati yang sedang terbuka, dari penisnya terlihat semprotan peju putih berhamburan.
“makan nih peluru pistol,gue”
Wati gelagapan berusaha menutup mulut dan matanya ketika peju lelaki itu menyembur-nyembur menempel di mulut, hidung dan matanya. Tapi ia tidak berdaya ketika Anto mulai bergoyang menikmati vaginanya. Wati merintih sambil melihat vaginanya yang sudah diisi oleh penis panjang milik Anto.
“Anjing, longgar kali ini meki.” Kata Anto sambil keluar masuk Wati. “Titit Gentong kecil kog bisa longgar begini.” Suara ketawa gerombolan itu pun meledak. Gentong yang merasa diledek segera menghampiri dan mendorong-dorong pantat Anto, sehingga menimbulkan tertawa dan umpatan kesal dari Anto karena diganggu.
Berbeda dengan Rina yang selama di akademi termasuk gadis yang alim dan jarang bicara dengan taruna pria, maka Wati sebaliknya. Wati memang sudah tidak perawan ketika di akademi. ia sering gonta-ganti pasangan. Seks bebas di kalangan taruna akademi kepolisian sudah menjadi rahasia umum antar sesama taruna. Tidak semuanya sih, sebagian saja, itupun bagi mereka yang tidak bisa menahan nafsu dan dengan syarat mau-sama mau tapi kalau ketahuan kena hukuman juga. Maklum anak astrama ditambah latihan dan pendidikan yang membuat frustasi, karena narkoba sulit didapat, maka seks bebas menjadi pilihan.
“Kurang ajar kamu!” Rina berteriak ketika celananya dibuka paksa.
Ia hanya bisa meronta-ronta, namun apa daya dalam kondisi seperti itu tidak bisa melawan. Lelaki gondrong yang melepaskan celananya langsung meraih selangkangan Rina yang terbalut celana dalam hitam. Tangan lelaki itu segera bermain di area bibir vaginanya. Rina menggelinjang antar geli bercampur malu. Ia belum pernah disentuh oleh lelaki ,bahkan kekasihnya. Baru kali ini bagian tubuhnya disentuh bukan oleh kekasihnya melainkan hendak diperkosa.
“Udah tenang aja. Kamu nikmatin aja nanti. Jangan harap datang Brimob, Densus 88 bahkan SWAT, FBI, atau CIA, atau siapapun. mana berani kesini.” Joni tertawa sambil melihat ulah si Gondrong. “Udah lo buruan habisin ,Ndrong. Masih 30 orang lagi nih teman-teman lo yang ngantri di belakang lo. Biar yang 50 orang itu nikmatin cewe yang disebelah sana.”
“Beres Bos. Gunting tadi sini dong ku pinjem” Si Gondrong berkata kepada orang yang sedang berdiri.
“kalau kalian semua sudah selesai!” Joni berteriak ke kerumunan gerombolan yang sedang menunggu giliran untuk memperkosa Wati dan Rina. Mereka mendengarkan dengan antusias pimpinannya itu.
“Kalo kalian sudah kelar, suruh masuk 80 orang yang antri diluar, gantian, sepuluh-sepuluh masuknya. Gentong, Kamu atur tuh antriannya. Aku mau nyabu dulu.” Joni berjalan kembali ke arah sofa bututnya.
“Siap komandan.” Kata Gentong.
Rina pasrah ketika seragamnya di gunting oleh Gondrong. ada sekitar 30 orang yang berdiri di depannya sedang menyaksikan prosesi pembugilan Rina. Dirobek-robek seragamnya sampai ia hanya tinggal menggunakan bra dan celana dalam. Kemudian si Gondrong memotong tali Bra Rina. Ia saat ini hanya bisa menangis, Ia sudah tidak berdaya. Kalau saja Wati tadi tidak nafsu mengejar kedua bandar ganja itu mungkin nasib mereka tidak seburuk ini.
“keluarin-keluarin.” Teriakan serempak orang-orang menggema di gudang itu.
Rupanya kelompok yang sedang mengerumuni Wati itu sedang bersenang-senang. Sudah bukan Anto lagi yang menanam tititnya di vagina wanita itu, melainkan sudah berganti orang. Toket, perut dan wajah Wati penuh cairan peju dari para anggota ormas yang sibuk mengocok titit masing-masing mengelilingi tubuh gadis seksi itu. Sudah tidak tahan melihat adegan bokep live, apalagi kali ini polwan yang jadi bintang utamanya.
“Hore..” Teriakan dan siulan meriah terdengar, ketika lelaki yang sedang menyenggamai Wati sedang nyemprot di dalam memek. Lelaki itu langsung di tarik temannya, supaya gantian.
Dari lobang vagina Wati yang sudah terlihat memerah, membulat longgar itu terlihat cairan-cairan putih berlelehan, hasil semprotan laki-laki yang sudah bergantian orgasme di vaginanya. Wati sudah terdiam pasrah,matanya tertutup dan kepalanya tergolek karena sudah pingsan.
Buah dada Rina dijilati dan diremas-remas oleh Gondrong. puting nya coklat dan tampak masih kuncup membuat Gondrong makin bernafsu. Toketnya yang kecil tapi kenyal diremas-remas tangan lelaki itu. Rina sudah bugil total. Seragammya yang sobek dan pakaian dalamnya berserakan di lantai.
“ini rapet banget nih.” Kata Gondrong sambil mengobel vagina Rina.
Rina menggelinjang kegelian, ia tidak dapat menahan geli, apalagi titik sensitifnya disentuh.
“jembut nya tipis bos.” Kata lelaki yang ditindik hidungnya memperhatikan.
Dua orang yang sejak tadi menonton Rina di bugilin tidak tahan, mereka sudah buka celana dan mengambil posisi mengocok di samping kiri-kanan Rina. Tidak tahan melihat tubuh seksi Rina yang walaupun kurus dan perutnya rata tapi buah dadanya tidak rata cenderung kencang dan menantang. Garis-garis tulang rusuk Rina terlihat dalam posisi yang demikian ,bagi laki-laki yang suka perempuan kurus adalah pemandangan yang sangat seksi.
Si gondrong sudah membuka pakaian yang dikenakannya. Sehingga pria itu telanjang bulat di hadapan Rina. Sebagian orang yang menyaksikan bersorak ketika si gondrong telanjang Karena hanya pria itu yang berani telanjang, sedangkan yang lain hanya membuka celana saja. Rina melihat penis besar si Gondrong sedang ngaceng tegak mencuat. Kepala penisnya yang berdiameter 7 cm mengkilap bagai topi baja tentara. Batang hitam berurat sepanjang 18cm itu diarahkannya diantara bibir vagina Rina.
“Jangan-jangan.” Rina berusaha menolak.
“Diam kau lonte!” Gondrong membentak. Ia menampar Rina berkali-kali.
“ampun…ampun.” Rina mengaduh kesakitan.
Si Gondrong menghentikan tamparannya. Ia kembali menekan penisnya, menyelipkan diantara bibir vagina si polwan yang masih segaris itu. Ia menekan kepala penis besarnya. Sempit dan agak sulit masuknya.
Rina berteriak menangis ketika rasa sakit terasa di vaginanya, Si Gondrong terus mencoba menghujamkan penis kerasnya itu, merobek selaput dara Rina, dan menekan terus menelusuri vagina sempit yang belum pernah dimasuki oleh kelamin lelaki. Rina meringis, air matanya bercucuran setiap inci-demi inci penis si Gondrong memasuki liang senggamanya.
“perawan, nih. Enak banget, legit.” Gondrong tertawa. “eh , jangan keluarin di badannya dulu sebelum aku kelar!” Gondrong membentak lelaki di sebelah kiri yang hendak mengeluarkan mani di mulut Rina. Lelaki itu mengurungkan niat dan terpaksa mengeluarkan peju-nya di lantai.
“Yang pada nggak sabar ke sana aja!” Gondrong menunjuk kerumunan tempat Wati diperkosa. “sempit gini, bikin betah nih aku mainnya.”
Rina melihat vaginanya yang sudah dipenuhi benda hitam besar dan hangat itu. Terlihat bibir vaginanya terisi penuh oleh penis si gondrong yang sudah mentok di dalam dan hanya menyisakan 1 inci penis hitamnya diluar.
Gondrong segera menggoyang pantatnya, mengocok penisnya di dalam vagina rapet dan legit itu. Dinding vagina Rina terasa bergerinjal-gerinjal seperti ada cincin dan butiran pasir di sekelilingnya. Dan ujung vaginanya terasa membetot kepala penis lelaki itu. Bibir memek ikut keluar masuk setiap si Gondrong mengeluar masukkan benda kebesarannya itu.
Laki-laki itu mengambil posisi seperti orang sedang push up. Keringat dari leher lelaki Gondrong itu bertetesan di dada dan leher Rina. Rina merasa jijik, tapi ia sudah tidak bisa meronta, apalagi penis besar milik Gondrong yang tertanam di dalam vaginanya membuat pinggangnya terkunci. Rina membuka kedua pahanya lebar-lebar berusaha meredam rasa perih akibat gesekan penis si Gondrong.
“Jangan ada yang rekam!” Gentong merebut hp anggota yang sedang merekam kejadian keji itu. “siapa lagi yang rekam, sini!, kalo sampe beredar di semprot atau krucil, ku bantai orangnya!”
Beberapa anggota ormas yang merasa merekam langsung sukarela memberikan handphone kepada Gentong.
Rani merasakan vaginanya perih bercampur gatal seperti kesemutan di seluruh tubuhnya. Lelaki itu menggoyang pinggulnya makin intens, sesekali Gondrong mengeluarkan jurus memutar penisnya. Hal tersebut yang membuat Rani merasa kegelian. Tiba-tiba rasa geli bercampur gatal menyelimuti tubuh gadis itu. “Ah…ahhh…” Rani mendesah. Ketika tiba-tiba rasa gatal sudah terkumpul mendesak dari bagian bawah perut menusuk melewati jantung dan dalam sekejap seperti sambaran petir langsung menguasai kepalanya. Rina sampai kelojotan merasakan hal yang baru pertama kali dirasakannya. Ia menggigit bibir bawahnya. Perutnya yang rata tampak berkontraksi dan putting susu yang yang kecil makin tajam mencuat.
Gondong terus memacu penisnya membuat gadis itu blingsatan. Pria multi orgasme itu memang jago menahan air-maninya supaya tidak tumpah keluar cepat apalagi saat ini penisnya seperti disedot-sedot dan di cengkeram akibat kontraksi vagina Rina yang sedang merasakan orgasme.
Rina melihat kembali ke arah vaginanya. Terlihat bibir vaginanya sudah memerah. Bercak darah terlihat di titit Gondrong yang sedang keluar masuk. Rani kembali mendesah ketika sinyal-sinyal geli yang baru saja dirasakan kembali menyambar tubuhnya. Tubuhnya kelojotan. Gondrong menghentikan kocokan tititnya. Rina menarik nafas nya yang tidak beraturan. Gundukan buah dadanya tampak naik-turun, menggemaskan.
“Buka borgolnya!.” Kata si Gondrong.
Seorang pemuda membuka borgol Rina. Sehingga tangan Rina bebas. Si Gondrong segera mengangkat tubuh kurus Rina, sehingga kini Rina di pangkuannya. Lelaki itu segera meremas-remas buah dada kencang yang terpampang di hadapan wajahnya. Rina sudah lemas , sudah tidak ada tenaga melawan.
Kedua tangan Gondrong memegang pinggang si gadis dan dinaik turunkannya tubuh Rina. “ahhh..ssst….oooh..” Rina mengerang. Kedua tangannya menjulur kebelakang menahan bobot tubuhnya supaya tidak ambruk, buah dadanya terlihat bergoyang-goyang dalam posisi demikian. Ia hanya memejamkan mata, karena dirasakannya geli dan gatal menyerang tubuhnya. Sudah lupa dengan rasa perihnya tadi. Rina tidak menghiraukan suara-suara bising yang sedang ramai memperkosa Wati, seperti sedang nonton pertandingan bola.
“oohhh…” erangan panjang Rina terdengar sembari tubuh putih kurus itu kelojota dan ambruk di lantai.
Gondrong memutar tubuh putih mulus itu. Dengan gaya doggy Style. Rina sudah sangat lemas karena sudah 3 kali orgasme. Si Gondrong memegang pingggang si gadis dan mulai kembali mengocok penis di vagina legit milik polwan itu.
Dari posisinya Rina bisa melihat Wati yang terbujur kaku. Badan Wati sudah bermandikan air mani. Rambut bondol nya juga sudah penuh dengan peju. Tidak hanya badannya, lantai disekitar daerah selangkangannya sudah banjir air mani pula. Dari vaginanya sudah tidak terlihat jembutnya atau lobangnya, hanya terlihat cairan mani berleleran disekitarnya. Entah berapa liter air mani para lelaki itu yang sudah di semprot ke badan Wati.
Beberapa anggota ormas sudah keluar ruangan dan sudah digantikan beberapa yang baru untuk giliran menyetubuhi Wati. Kini, hanya tersisa sekitar 10 orang yang dengan sabar menunggu giliran untuk menyetubuhi Rina, termasuk si idung tindik.
Gondrong meremas-remas buah dada kencang itu sambil Penisnya menghujam-hujam di vagina Rina.
“Enak, Nggak!” bentak Gondrong.
“ahhh…enak..ssttt.” Rina mendesah dan meringis.
“Makanya jangan kurang ajar sama geng kita.”
Gondrong melepaskan remasannya. Lelaki itu sudah tidak kuat lagi menahan lebih lama air mani yang terkumpul di ujung tititnya. Penis lelaki itu mendesak dan mentok di ujung rahim Rina. Air maninya bermuncratan di dalam rahim polwan itu.
“polisi lonte! nih biar bunting!.” kata si Gondrong.
Bersamaan dengan itu, Rina merasakan orgasme kembali menyerangnya. Tubuh perempuan itu ambruk kelojotan di lantai. Rasa panas akibat semprotan mani si Gondrong dirasakannya bersamaan dengan sambaran petir di ubun-ubun kepalanya.
Tubuh keduanya terdiam sesaat. Si Gondrong masih merasakan pijatan-pijatan memek Rani memeras peju nya yang masih tersisa di saluran kelaminnya.
“Gantian dong, Bos.” Kata si idung tindik.
“yang sana aja kenapa sih?” Gondrong gak suka kalau di sela.
“yang sana udah becek. Mana si Budi udah masuk ke itu cewe.” Kata si Tindik. “Budi kan biangnya sipilis, Boss.”
“Kampret tuh anak.” Si Gondrong memaki. Ia mengeluarkan penis panjangnya dari dalam vagina Rani. Sedikit cairan peju ikut mengalir keluar dari dalam vagina perempuan itu.
“Siapa lagi yang kena sipilis atau aids?” Si Gondrong berkata ke sepuluh orang yang ngantri di belakangnya.
Mereka semua menggeleng.
“Ndro, lo jagain ni polwan. memeknya enak. Yang sipilis silahkan kesana! kalo sipilis yang pakai ni cewe gue bantai. Gue mau pakai lagi abis giliran kalian.” Si Gondrong berkata penuh wibawa kepada 10 orang itu.
Seorang pria kurus keluar dari kerumunan kesepuluh orang itu, tanda ia mengidap penyakit. Pria itu segera bergabung di antrian yang sedang memperkosa Wati.
Si Indro yang idungnya di tindik. Sudah bugil juga. Ia mengelus-elus tubuh Rina yang sudah berkeringat. Rina dalam posisi tengkurap tidak berdaya. Indro membalik badan Rina dan menciumi tubuh putih mulus kurus itu. Rina mendesah ketika rasa geli akibat jilatan Indro menyerbu perutnya.
Si Gondrong berjalan ke arah sofa butut. Masih dalam keadaan telanjang, tidak malu. Penisnya goyang-goyang bergantung sambil berjalan. Ia mengambil lintingan ganja di meja peti itu. Sementara, Joni tampak asyik menonton sambil mabuk, menikmati kesenangan anak-anak buahnya.
Rina hanya melihat ke arah mereka. Tubuhnya terguncang-guncang. Si Indro sudah masuk ke vaginanya dan kini sedang memompa tititnya di vagina Rina. Kedua tangan si Indro meremas-remas payudara si Gadis.
*****************************************
Rina tersadar. Ia melihat sekitarnya. Tubuhnya terbaring di ranjang rumah sakit. Seorang perawat langsung keluar ruangan ketika melihatnya sadar.
Gadis itu merasa tubuhnya sakit semua. Ia tidak ingat kenapa ada di rumah sakit itu. Yang dia ingat terakhir ketika si Gondrong menyodoknya untuk menyemprot maninya untuk kedua kalinya. Ia tidak ingat apa-apa ketika orgasme terakhir melandanya.
Seorang pria setengah baya berkumis masuk ke dalam ruangan. Rina reflek mengangkat tangannya memberi hormat. Karena pria itu adalah AKBP. Tatang, Kapolres tempatnya bertugas.
“Sudah tidak usah.” Kata Tatang.
“kog aku bisa sampai sini, Pak.” Kata Rina lemah.
“Kamu tidak ingat?” tanya Tatang.
Rina menggeleng.
“Kamu diperkosa. Pelaku sudah diamankan dan sekarang sedang di proses. Kamu ditemukan warga di luar kota dalam kondisi telanjang dan pingsan.” Tatang menjelaskan. “kalau kamu sudah pulih, nanti kita buatkan kronologinya untuk kepentingan persidangan.”
Rina mengangguk.
“Oh iya, ada kabar duka. Rekan kamu, Wati sudah tiada. Tubuhnya ditemukan mengenaskan, kelaminnya sobek dan hancur.” Kata Tatang. “Tampaknya dia diperkosa dengan brutal.”
Tatang meninggalkan ruangan tempat membiarkan Rina menangis. Sebenarnya, Tatang tahu pelaku perkosaan terhadap kedua anggotanya. Namun akibat pengaruh ormas yang dipimpin Joni, serta tekanan politik dari backing Joni di pemerintahan pusat. Akhirnya Tatang menahan 2 orang yang diserahkan oleh kelompok Joni.
Sebenarnya kedua orang itu tidak bersalah dan bukan anggota ormas. Karena punya utang dalam jumlah banyak kepada geng Joni, dan keluarga mereka diancam, maka sukarela mereka mengakui kebohongan yang diskenariokan kelompok Joni. Dengan jaminan mereka aman selama di penjara, karena banyak teman-teman dari geng Joni di sana.
Tatang tau dari laporan intelejen lapangan, tapi kalau semua anggota ormas di tahan bisa penuh penjara. Gimana bisa masukin 180 orang ke dalam sel kecil di polres dan belum lagi mau dikirim ke penjara mana nanti? Ya sudah, daripada pusing, nanti si polwan dimutasikan sajalah setelah sembuh biar nggak trauma berkepanjangan, itu pikiran Tatang.
Rina masih terisak, menangis. Walau kenal di akademi tapi Rani tidak terlalu dekat dengan Wati. Ia dekat akhir-akhir ini saja ketika di tugaskan di kota kecil itu. Tapi mengingat kejadian yang menimpa Wati memang kejam para preman yang berjumlah ratusan orang itu memperkosanya bergantian.
Beruntung Rina hanya melayani 4 orang saja termasuk si Gondrong. Tapi diam-diam ia masih pengen ngewe dengan si Gondrong, maka dari itu ia pura-pura lupa kronologi kejadiannya.
Tina jatuh terlentang di atas kasur. Di hadapannya berdiri si Joni, senyum mesum menghiasi wajah Joni. Joni memperhatikan tubuh Tina yang hanya mengenakan bra dan kain jarik bermotif batik. Baju Tina, kebaya harian, sudah teronggok dilantai. Belahan buah dada gadis itu menyembul dibalik bra berwarna putih. Tubuh putih mulus itu seakan meminta untuk segera disetubuhi. Joni segera meraih kain jarik yang menutupi bagian bawah tubuh Tina, kain itu segera terlepas.
Tina tergeletak pasrah. Bukan kali ini saja ia harus melayani nafsu Joni. Kalau bukan kebutuhan sekolah adiknya, mungkin ia sudah membayar uang keamanan bulan ini, tapi terpaksa ia melakukan lagi bayaran keamanan dengan tubuhnya.
Tina kembang desa yang sehari-hari berjualan bahan jamu di pasar, kedua orang tuanya sudah tiada 4 tahun lalu karena kecelakaan lalu lintas. Hanya tinggal ia dan adik lelakinya yang usianya beda 8 tahun dengannya. Usia Tina kini sudah menginjak 25 tahun. Sudah banyak lelaki yang melamar untuk memperistri Tina, tapi selalu ditolaknya karena kebanyakan mereka adalah bujang lapuk, duda hidung belang dan pria tua yang cari istri muda. Walaupun tidak buruk nasibnya dan malah mungkin akan lebih baik jika menerima lamaran salah satu lelaki itu. Namun cintanya pada Tejo kekasihnya dari sejak SMA, yang sedang mengadu nasib di Jakarta membuat ia tetap bertahan sampai Tejo datang melamarnya sesuai janjinya. Tejo pula yang mengambil keperawanan Tina sehingga mana mungkin lupa Tina akan janji Tejo yang selalu bilang: “tahun depan akan melamar”, tapi sudah bertahun-tahun janji itu diharapkan dan dinantikan Tina untuk ditepati, dan Tejo dengan seribu satu alasan selalu bilang kalau diundur tahun depan, supaya bisa terus crot sama Tina kalau pulang kampong.
“ahhh…sstt..ooh.” Tina mendesah.
Joni menciumi tubuh putih mulus itu dari pahanya menelusuri selangkangan yang masih tertutup CD warna pink, menjilati area kelamin Tina. Kedua Tangan Joni menelusuri perut rata Tina dan tiba di bagian buah dada yang masih tertutup bra putih dan bermain-main disana.
“hmmm.hh..ssst…” Tina mendesah.
Hanya tiga orang yang pernah menikmati tubuh seksi sang kembang desa, yaitu Tejo (tentu saja), Joni dan Gondrong. Awalnya tiga tahun lalu, memang Joni memperkosa Tina, tapi karena ia tidak dapat berbuat banyak menghadapi kepala preman itu, lama-kelamaan Tina jadi terbiasa dengan perlakuan Joni. Bahkan kadang kalau malam kalau sedang naik libidonya, Tina merindukan jilatan lidah Joni di vaginanya atau sodokan kontol besar Gondrong. Hal yang memicunya untuk ber-masturbasi sembari merindukan sentuhan lelaki.
Walaupun bermain dengan Joni berarti menghianati Tejo pacarnya, tapi apa boleh buat? Tina menikmati bersenggama dengan Joni. Toh hanya sex, walaupun tidak selalu dilakukan hanya untuk sekedar membayar uang keamanan. Tina juga membutuhkan sex sebagai manusia normal. Barangkali di Jakarta si Tejo juga sering main dengan gadis-gadis ibukota.
Jilatan lidah Joni kini sudah menari-nari di itil dan klentit Tina. Celana dalamnya sudah terbuka dan entah ada dimana sekarang.
“hmmhh…” Tina menahan desahannya.
Kedua pahanya dibuka lebar-lebar dan kedua tangannya mencengkeram kepala Joni sambil jemarinya mengerumasi dan memijat-mijat kepala Joni. Sedangkan Joni menikmati harumnya vagina gadis penjual jamu itu. Berkat ramuan tradisional Tina merawat tubuh nya sehingga harum kulit gadis itu berbau wangi alami begitu khas walau tanpa parfum.
Geli gatal yang terasa nikmat menyelubungi tubuh Tina akibat jilatan Joni. Kedua mata gadis itu terpejam, mulutnya terbuka mulai menyuarakan hal yang tidak jelas karena tidak sanggup menahan geli yang amat dashyat. Tangan kiri Tina menahan bobot tubuhnya dan tangan kanannya memegang kepala Joni. Tina memainkan pinggang rampingnya seirama dengan jilatan Joni di bibir vaginanya, sehingga memicu saraf-saraf orgasmenya. Tina kelojotan ketika orgasmenya datang seperti badai berputar-putar di kepalanya. Tina tidak ragu berteriak ketika puncak dari badai orgasme menyambar ubun-ubunnya. Tangan Tina menekan kepala Joni. Kedua pahanya berayun mencengkeram, menjepit kepala pria bajingan itu. Tubuh perempuan itu menggelinjang-gelinjang diatas kasur sambil kedua tangannya meraih seprai dan menarik-nariknya sampai berantakan sambil merasakan deru orgasme menghantamnya.
Inilah yang kadang dirindukan Tina tiap malam dikala ia kesepian. Orgasme akibat, jilatan dan rangsangan dari permainan lidah Joni. Orgasme yang bahkan tidak pernah ia dapatkan dari Tejo kekasihnya. Tejo adalah pria yang sukanya langsung sodok, goyang dan semprot dot com, bahkan kadang tidak sampai 2 menit, meskipun pernah coba pakai viagra tetap saja si Tejo adalah lelaki edi tansil.
Joni berlutut di hadapan tubuh Tina yang sedang mengatur nafas setelah selesai orgasme. Memperhatikan perut rata ramping gadis itu dan buah dada montok yang tertutup bra putih naik turun sambil paru-parunya mengumpulkan oksigen.
“Sudah siap?” kata Joni.
Baca Juga : Cerita Dewasa – Perawan Muridku
Tina memperhatikan Joni yang sudah telanjang. Penis 17 cm lelaki itu tampak mengacung dan kepalanya tampak berkilat-kilat.
“Belum.” Tina segera bangkit, dan langsung memegang batang kokoh dan keras milik Joni.
Mata gadis itu menatap genit, kemudian ia menjulurkan lidahnya. Tanpa disuruh lagi Tina menjilati kepala penis Joni yang berwarna merah kecoklatan. Di masukkannya kepala penis itu ke dalam mulutnya, lidahnya berputar di kepala kontol Joni, kemudian disedotnya sampai pipi-nya kempot.
“aahhhh…” Joni mengerang, sambil kedua matanya memejam.
Tina kembali mengeluar masukkan penis itu di mulutnya ,di jilat lagi dan disedot lagi sampai kempot. Jemari kiri Tina mempermainkan buah pelir Joni sehingga kuku-kuku tajam gadis itu membuat Joni semakin keenakan.
Mana kuat si Tejo di sepong seperti yang Tina lakukan kepada Joni kata Tina dalam hati. Walaupun kepala titit si Tejo lebih besar diameternya dari milik Joni. Tapi baru di sedot sudah semprot di dalam mulutnya, Sehinggga si Tina kadang gak puas mempermainkan titit Tejo pacarnya itu.
Tangan Joni membelai rambut panjang yang tergerai itu kemudian melintasi punggung mulus dengan bulu halus tangan itu mencari tali bra putih. Tangan Joni meraih tali bra Tina, dilepaskannya bra, ditelanjanginya gadis itu, itu sehingga buah dada putih dengan puting mengacung milik Tina dapat dengan bebas di remas-remas dan dimainkan oleh jemari Joni. Buah dada bulat dan kencang bergantung seperti pepaya mengkal.
Sementara dibiarkannya Tina bermain di penisnya. sungguh enak sedotan-sedotan dan jilatan si gadis. Tidak ada yang sebanding, meskipun disandingkan dengan para perek senior yang sudah malang melintang di dunia prostitusi disekitaran pasar, permainan oral mereka tidak seperti permainan Tina yang serius menghayati setiap inci jilatan dan sedotan di penis Joni.
Itu sebabnya Joni selalu melindungi Tina dari anak-anak buahnya yang haus sex itu. Ia hanya memberikan Tina kepada Gondrong sahabatnya. Pernah ada anak buahnya yang nakal mencoba-coba colek dan perkosa Tina, dan buntutnya dibuat babak belur sampai cacat oleh Joni.
“Pegel, Kang.” Tina mengeluarkan penis Joni dari mulutnya. “kog, Mas gak keluar-keluar sih kalau Tina sedot.”
Joni Tidak menjawab. Ia menyerbu bibir seksi gadis berambut panjang itu. Tina melawan lumatan bibir Joni, dikeluarkan lidahnya sehingga lidah keduanya saling beradu, berpagutan saling berusaha membelit satu sama lainnya. Joni mendorong gadis itu perlahan-lahan di tindihnya tubuh putih mulus itu. Bibir keduanya masih saling beradu. Penis Joni sudah berada di ujung lobang vagina Tina. Gadis itu kegelian ketika kepala penis lelaki itu bermain di pintu liang vaginanya. Tina membuka pahanya lebar-lebar. Joni juga tampaknya tidak ingin lama-lama bermain di ujung vagina si gadis. Ia mendesak penisnya memasuki vagina sempit dan sudah basah itu. Tina memeluk Joni , ketika penis lelaki itu sudah mentok memasuki vaginanya.
Joni mulai menggoyang penisnya menikmati vagina legit dan lembab milik Tina. Gadis itu mendesah pelan, Kedua tangan Tina melingkar memeluk tubuh kekar lelaki yang sedang menidurinya itu dan mulutnya menggigit pundak kekar Joni karena geli mulai terasa di memeknya.
Tiba-tiba Suara pintu kamar tempat mereka bermain di gedor-gedor.
Keduanya langsung menghentikan permainannya karena kaget.
“SIAPA!?” Joni membentak.
“Kang Joni, ada massa dari pesantren Al- Muqarraf sudah ada di ujung pasar, udah mau menyerbu ke pangkalan.” Teriak suara dari luar.
“Iya nanti, tanggung nih. kamu halangi dulu.” Joni menyahut.
“Udah ribut Kang, anggota kita udah ada yang kena bacok.” Sahut suara lain dari luar.
“Udah kang, urusin dulu deh.” Kata Tina sambil membelai pundak Joni.
“Tanggung nih. Aku keluarin dulu deh.” Kata Joni.
“Mas kan mainnya lama.” Kata Tina sambil tersenyum sambil mengecup bibir lelaki itu.
Joni menarik keluar penisnya dari dalam vagina Tina. Kemudian Ia turun ranjang sambil meraih pakaiannya yang bertebaran di lantai.
“Asu! Jancok!” Joni mengumpat sembari Ia memakai celana dalamnya, menutupi penis panjangnya yang terlihat masih konak itu.
Sebenarnya Tina juga merasa tanggung baru mulai udah ada kejadian ribut-ribut.
“kamu keluar lewat jalan belakang ya. Lebih aman.” Kata Joni sambil berpakaian. “Nanti malam aku ke rumah kamu ya, kita lanjut.”
Tina mengangguk sambil memakai bra-nya menutupi buah dada montoknya itu.
Setelah berpakaian. Joni mengecup kening Tina.
“Kang Mas hati-hati ya, jaga diri.” Kata gadis itu sambil membelai pundak lelaki itu.
Joni hanya tersenyum. Ia meraih keris yang selalu dibawanya, dan segera keluar kamar meninggalkan gadis telanjang yang sedang berpakaian.
Joni heran sekaligus penasaran. Selama ini pesantren Al- Muqarraf, yang terletak di pinggir kota, selalu adem-ayem tidak pernah mengganggu daerah kekuasaannya. Apalagi sampai menyerbu lokalisasi prostitusi kelas teri di belakang pasar, berarti ada yang tidak beres kali ini.
Joni berdiri di jalanan pasar. Para anggota geng bercampur dengan warga sudah siap dengan senjata tajam dan tumpul di tangan mereka. Api menjilat-jilat dari lapak-lapak pasar yang di bakar oleh gerombolan perusuh yang memakai baju putih-putih itu. Ruko di sepanjang pasar sudah tutup, sebagian hancur diobrak-abrik gerombolan perusuh itu.
Polisi dengan sigap cepat datang dan kini mereka sudah berdiri diantara Warga dan Geng Joni agar tidak terjadi pertumpahan darah lebih lanjut. Gerombolan pengacau tersebut diketahui merupakan massa dari pesantren Al-Muqaraf (Muqaraf bahasa arab artinya “cabul”, gan).
Joni merasa geram karena dua orang anak buahnya terluka kena bacok saat bentrok fisik. Untungnya pasukan polisi bermotor cepat datang ke lokasi dan kedua anak buahnya Joni sudah segera dibawa ke rumah sakit di dekat pasar. .Yang membuat Joni makin geram adalah ia lagi enak-enak baru merasakan lagi memek sempit si Tina penjual jamu yang sudah lama tidak dinikmatinya , datang gerombolan pengacau yang mengatas namakan agama.
Pesantren Al-Muqaraf terletak di pinggiran kota kabupaten. Pesantren yang sejak dahulu banyak menampung residivis, mantan preman dan mantan pecandu narkoba yang bertobat dan ingin mempelajari agama. Pesantren yang didirikan sejak rezim orde baru sekitar tahun 1980-an itu selama masa itu pesantren tersebut sempat jadi contoh teladan toleransi bagi masyarakat dari luar kota kecil itu. Hampir rata-rata, para santri pesantren tersebut berasal dari luar kota.
“Kog bisa tuh santri-santri Al-Muqaraf beringas begitu?” Joni berkata kepada Gondrong yang berdiri di sebelahnya.
“Kayaknya pengaruh pemimpin pondok pesantren yang baru deh. Pengganti Kyai Rahman yang meninggal setahun lalu.” Jawab Gondrong.
“Anaknya kan, si Iqbal. Bukannya dia dulu waktu SMA ikutan nyimeng bareng lo?” kata Joni.
“Iya, sekarang gelarnya dia Al-Habib. Gosipnya, gelarnya dibeli dari seorang ulama waktu ikut perang di Suriah. Dia juga pernah perang di Afganistan, Palestina, Libya dan Irak. Dia juga baru pulang tahun lalu.” Gondrong menjelaskan.
“Wah, pantes. Beringas begitu. Barangkali ikut ISIS kali dia.” Si Gentong yang tiba-tiba nongol menyahut.
“Kita gimana nih, Kang?” kata Gentong. “Kita langsung sikat aja nih. Masa anggota kita dibacok gara-gara menghalangi mereka waktu mau bakar pasar.”
“Nanti dulu. Kalau mereka maju melawan polisi, kita baru ikut hajar mereka.” Kata Joni, yang walau hatinya dongkol, Joni masih berusaha tenang.
Gentong dan Gondrong langsung menenangkan anak-anak buah mereka yang sudah berteriak-teriak tidak sabar untuk membalaskan dendam temannya yang terluka kena bacok.
“Bubarkan tempat pelacuran!” Santri-santri berteriak-teriak sambil menggemakan takbir. Mereka mengacung-acungkan senjata tajam berbagai jenis.
“Hapuskan maksiat dari kota ini!” sambil bertakbir, seorang pria berjanggut kambing, bersorban putih, berjubah putih dan membawa pedang khas arab berteriak dari pengeras suara.
“Itu si Habib biang rusuh.” Tunjuk si Gondrong.
Si Joni hanya mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Gondrong.
“Bubar semuanya atau kami tindak tegas!” komandan polisi bersuara tidak mau kalah.
“Ayo kita lawan polisi thogut! hajar!” Suara si Habib memanaskan keadaan.
Para santri hendak bergerak maju. Para polisi langsung bersiaga dengan tameng masing-masing. Demikian pula Geng Joni bersiaga dengan senjata di tangan.
“Minggir-minggir, petugas mau lewat!” suara dari belakang kerumunan warga terdengar.
Joni melihat barisan panjang pasukan Brimob dan TNI lengkap dengan senjata laras panjang merangsek maju. Mereka menyuruh minggir masyarakat dan anggota geng-nya yang sedang berkerumun. Joni Kenal dengan komandan mereka yaitu Kapten Jiman, ditemani AKBP. Tatang yang berjalan disampingnya. Kapten Jiman langsung menghampiri Joni, sedangkan AKBP Tatang buang muka begitu melihat Joni, ia langsung menghampiri pasukannya yang sedang bersiaga. Mungkin AKBP. Tatang masih dongkol karena belum lama kedua polwan-nya pernah diperkosa geng Joni.
“Jon, kamu suruh anak buah kamu minggir!” Kapten Jiman berkata.
“Kenapa, ini kan warga Pak?” Joni beralasan.
“Kamu semua minggir dulu! Saya nggak mau ada korban lagi dari warga atau anggota kamu.” Kata Kapten Jiman. “Biar saya yang urus santri-santri sesat itu. Udah jadi teroris mereka itu.”
Joni tidak punya pilihan lain. Ia menengok kepada Gondrong dan Gentong, dan memberi isyarat supaya membubarkan pasukannya. Mereka segera beranjak dan berkumpul di gang-gang sempit tempat pintu masuk ke daerah pelacuran kelas teri.
Tidak lama keadaan berhasil di tenangkan. Para santri beringas itu berhasil di halau oleh polisi dan TNI kembali ke pesantren mereka, tanpa ada perlawanan dari para santri. Sekarang warga dang eng Joni malah sibuk membantu petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api di pasar supaya tidak merembet ke bangunan lain.
“Gimana kita, Kang?” kata Gentong.
“Liat nanti itu Habib Iqbal, si teroris itu bakal kugilas.” Kata Joni geram, “ayo ke markas!”
Joni beranjak dan anak-anak buahnya langsung mengikuti pimpinan mereka.
Habib Iqbal bersimpuh di lantai berdebu kedua tangannya terikat kebelakang. Terdengar tangis dari istri dan ketiga anak perempuannya yang ikut dibawa dalam keadaan terikat. Juga ada enam murid kesayangannya yang tertangkap dalam keadaan babak belur, terluka dan terikat.
Joni berdiri di hadapan Habib Iqbal sambil bertolak pinggang.
“Bagus kamu ya, mau coba merusak daerah kekuasaan aku.” Selesai berkata Joni menendang wajah si Habib. Lelaki itu terguling sambil mengaduh kesakitan.
Sudah 5 hari sejak kerusuhan yang di picu oleh ulah Habib Iqbal pecah di kota kecil itu yang mengakibatkan 2 orang luka dan bangunan pasar serta ruko hancur dibakar dan dijarah.
Geng Joni dengan dukungan teman-temannya sesama preman dari kota lain akhirnya sepakat menyerang pesantren Al- Muqaraf. Para santri melawan dengan gigih, namun karena kalah jumlah sebagian besar terbunuh dan sebagian lagi berhasil melarikan diri. Sedangkan bangunan pesantren dibakar dan isinya dijarah oleh para preman gila itu. Habib Iqbal, keluarganya dan muridnya akhirnya bisa ditangkap hidup-hidup walau perlawanan mereka cukup sengit. Untungnya ilmu Joni dan teman-temannya sebagai pendekar cukup mumpuni sehingga bisa mengalahkan dan mematahkan perlawanan Iqbal.
Para tawanan itu dibawa preman-preman ke sebuah gudang milik Joni di pinggiran hutan. Gudang yang sering menjadi tempat penimbunan narkoba yang merupakan bisnis sampingan Joni ataupun titipan dari kelompok preman dari kota lainnya. Gudang yang juga sering menjadi tempat transit barang haram dari kelompok gangster lain. Gudang yang polisi bahkan TNI tidak berani mendekatinya karena konon di lindungi oleh sebuah organisasi politik kuat dari Jakarta.
Joni berjalan menghampiri anak dan Istri si Habib yang sedang terikat. Joni langsung menarik cadar istri si Habib yang berpakaian seperti Ninja Hatori itu. Hijab serta cadar wanita itu langsung terbuka. Tampak wajah putih mulus tidak berjerawat dengan rambut yang berombak, serta hidung mancung khas wanita keturunan Arab terpampang di hadapan geng Joni. Wajah wanita itu mirip dengan Özgü Namal (cari fotonya di IMDB aja gan) artis cantik dari Turki
“Busyet, Istri cakep begini di bungkus kayak lemper.” Joni tertawa terkekeh-kekeh. “Biar nggak dilirik cowok lain kali.” Joni dengan nada melecehkan.
Anggota geng Joni langsung ikut tertawa mendengara ucapan pemimpinnya itu.
Joni berjalan ke arah anak-anak perempuan si Habib. Dengan kasar di tariknya hijab-hijab mereka, dari anak yang terbesar sampai yang terkecil.
Habib Iqbal punya tiga orang anak perempuan. Yang paling besar berumur Ismi 23 tahun, yang tengah berumur Zaira 19 tahun, dan yang terakhir Sarah 15 tahun.
“cantik-cantik juga anaknya.” Kata Joni sambil berhadapan muka jarinya mengangkat dagu anak yang terbesar.
Joni berjalan ke arah Habib yang masih tergeletak sambil meringis kesakitan, darah mengalir dari hidungnya. Joni kemudian berjongkok dihadapannya.
“Bib, kalo lo mati masuk sorga atau neraka?” Joni berkata kepada Habib.
Si Habib Iqbal hanya melotot memandang Joni. Joni menampar wajah si Habib.
“Jawab! Bangsat!” Joni memukuli wajah si Habib.
“Sorga. Sorga, Ana masuk sorga.” Habib Iqbal berteriak-teriak.
Joni kemudian menghentikan pukulannya mendengar jawaban Habib Iqbal. Ia bertanya lagi “Ntar di sorga kayak gimana disana?”
“Dapet tujuh..tujuh puluh bidadari.” Habib menjawab terbata-bata.
Semua anggota geng Joni tertawa terpingkal-pingkal mendengar perkataan Habib.
“Bidadarinya mau diapain, Bib? Mau lo pakai semuanya? Kirim-kirim donk ntar buat kita.” kata si Gentong.
“Diam!” Joni membentak si Gentong dan yang bersangkutan langsung terdiam.
“Bib, keluarga lo masuk sorga juga kan?” kata Joni.
“I..i..ya.”
“Trus mereka jadi bidadari juga?” kata Joni.
Si Habib Iqbal mengangguk.
“Kalo saya masuk neraka, kan?” Kata Joni.
“Iya ente banyak buat dosa, gan.” Kata si Habib.
Joni berdiri. Dengan kasar, Ia kemudian menarik anak tengah si Habib untuk berdiri. Joni dengan kasar merobek-robek baju si gadis. Zaira berteriak, meronta tapi tidak berdaya. Gadis itu jatuh terduduk dengan hanya memakai pakaian dalam.
cantik
cerita sex ngentot di paksa preman
“Bagus juga body nya.” Gentong yang suka komen sembarangan langsung meneteskan liur melihat body mulus Zaira.
Tubuh gadis berkulit kuning langsat yang cenderung putih itu memakai bra berwarna pink. Buah dada montoknya yang berukuran kira-kira 34B tampak menggantung ranum. Tubuhnya bak gitar spanyol. Wajah cantik dan hidung mancung khas keturunan arab menambah pesona si gadis setengah bugil itu. Sempurna satu kata yang melukiskan bodi anak tengah si Habib sesat, Kalah deh semua model-model FHM dan Popular kalau disandingkan.
“Ini anak adalah calon bidadari.” Joni berkata kepada gerombolannya. “Berhubung kita semua ‘mungkin’ masuk neraka. Bagaimana kalau kita nikmatin dulu calon bidadari ini. SETUJU!” teriak Joni lantang.
Gerombolannya menyahut gembira dengan kompak. Seketika, gerombolan yang sedari tadi hanya melihat dengan mesum, yang tidak sabar ingin menjarah para calon bidadari itu pun langsung menyerbu. Mereka menarik gadis yang sedang setengah telanjang itu, menyeret tubuh putih mulus itu di lantai berdebu, sedangkan tangan-tangan mereka berebutan meraih dada dan paha si gadis. Sebagian lainnya menarik kasar Istri dan anak-anak yang lain. Mereka berebutan ingin jadi yang pertama memasukkan titit-nya ke dalam memek para calon-calon bidadari itu.
Melihat keadaan yang tidak terkendali, Si Joni langsung berteriak. “Diam! Jangan berebutan!”
Anak-anak buahnya segera menghentikan aksi mereka. Semuanya terdiam mematung menunggu titah pemimpin mereka.
“Kalau yang itu silahkan deh.” Joni menunjuk ke arah Istri si Habib. “Bawa ke pojok!”
Mereka langsung bergerak menarik kasar istri si Habib. Menjambak dan menyeret wanita itu dilantai kemudian melemparkan tubuh perempuan berkulit putih itu ke pojok gudang. Sebagian dari mereka bagaikan serigala lapar langsung menarik dan merobek-robek kain yang menutupi aurat istri sang Habib. Mereka tertawa senang sambil menelanjangi wanita keturunan arab itu.
Perut istri si Habib agak sedikit berlemak dan sedikit selulit di bagian pahanya, maklum udah 3 anak gan. Namun dadanya tampak masih cukup ranum dengan putting susu yang coklat kehitamana lumayan untuk dijarah gerombolan haus sex itu. Tangan-tangan mereka berebutan untuk meremasi buah dada isti si habib dan berebutan untuk mengobel memek. Wanita itu menangis meraung-raung sambil meneriakkan kata-kata tidak jelas.
Baca Juga : Cerita ML dengan pacar baru ku yang masih perawan waktu rumah nya sepi
“Jahanam, Kalian akan terbakar di neraka!” Si habib teriak kesal tidak berdaya, melihat istrinya diperkosa.
Si Gondrong menendang si Habib. “Bacot lo! diem aja deh! Kapan lagi setan-setan maen sama bidadari sorga.”
“Mana si Budi sipilis?” Joni bertanya dengan lantang.
Lelaki kurus botak bernama Budi langsung muncul dari antara kerumunan dan berdiri di hadapan Joni.
“Itu anak paling kecil telanjangi juga!” perintah Joni. “lo yang pertama masuk. Dan buat yang punya penyakit sipilis, kalian pakai tu perempuan. Siapa tau sembuh kalo udah pakai calon bidadari.”
“Siap Bos.” Jawab Budi.
Nggak perlu diperintah dua kali lelaki bernama Budi itu langsung menarik gadis berusia 15 tahun itu. Bersama beberapa lelaki lain yang mungkin mengidap sipilis juga, langsung menelanjangi gadis bertubuh kurus itu. Buah dada si gadis tampak baru tumbuh berukuran 32b. Si Budi langsung membuka celananya. Penisnya yang kecil tapi panjang sudah ngaceng. Teman-temannya memegangi kedua tangan dan kaki gadis kurus itu. Sebagian lagi asyik meremasi buah dada. Budi menyodokkan titit yang dipenuhi luka raja singa itu ke memek si gadis yang di tumbuhi sedikit bulu. Sarah sedari tadi menangis jadi tidak berteriak. Ia hanya meringis ketika penis si Budi masuk. Si budi langsung menggoyang penisnya. Si gadis meringis-ringis.
“Bos udah gak perawan yang ini. longgar banget.” Si Budi berteriak.
Mendengar hal itu si habib melotot karena kaget ke arah si Budi yang sedang memakai anak bungsunya itu.
“Lo pakai anak lo juga, Bib?” Kata Joni.
“Sumpah ane nggak tau gan.” Kata si Habib. Si habib istigfar berkali-kali menyaksikan istri dan anaknya sedang diperkosa.
Joni melihat ke arah istri si Habib yang sedang di genjot dalam gaya doggy style sedangkan laki-laki di sekelilingnya sedang mengocok penis masing-masing, untuk bersiap memandikan wanita arab itu dengan peju-peju mereka.
“Tong, lo coba masukin yang itu!” Joni berkata kepada Gentong.
Gentong yang sedang asyik mengobel si Zaira, anak tengah si Habib, yang kini sudah telanjang bulat terlentang dilantai, langsung sigap berdiri. Ia membuka celananya, sehingga terlihatlah titit gentong yang pendek dan dihiasi jembut lebat. Sontak Zaira meronta melihat pria di depannya sudah telanjang, tapi apa daya ia sudah dipegangi oleh anak buah Joni sehingga tenaganya tak mampu melawan para pria bajingan yang perkasa itu.
“Pegangin gan.” Kata si Gentong sambil mengarahkan titit nya ke lobang memek si Zaira.
“Aduh.”
Zaira mengaduh ketika titit si Gentong sudah masuk di memeknya.
“ini longgar juga bos.” Kata si Gentong sambil ketawa.
Si Gentong langsung mengocok titit nya di memek Zaira. Perempuan itu merintih-rintih. Maklum memek nya tidak terlumasi dengan sempurna tapi tetap peret rasanya. “Longgar tapi legit.” Si Gentong berkomentar lagi.
Si Habib mengucap istiqfar berkali-kali sambil menangis setelah tahu kedua anaknya tidak perawan bahkan sebelum di pakai lelaki-lelaki bejat itu. Padahal ia membanggakan sekali anak-anak perempuannya. Apalagi yang kecil pernah jadi juara MTQ tingkat nasional. Siapa pelakunya? Si Habib kebingungan dalam hatinya hancur luluh lantak. Apalagi jika ia melihat istrinya yang keturunan Suriah sedang di garap rame-rame oleh iblis-iblis gila, yang tidak lain adalah anak buah Joni.
Joni menjambak rambut Ismi sehingga perempuan berkulit putih itu terjerembab ke lantai.
“kamu tau, kenapa adik-adik kamu tidak perawan lagi?” Joni membentak Ismi.
Si Ismi tidak menjawab. Ia menangis sesegukan. Joni menjambak rambut gadis itu dan menampar wajahnya berkali-kali. Gadis itu berteriak kesakitan.
“Biar saya jelaskan.”
Sebuah suara menghentikan perbuatan Joni. Ia langsung mendorong Ismi hingga jatuh terlentang di lantai. Rupanya salah seorang murid si Habib yang ikut di tawan berbicara. Joni langsung melangkah mendekati murid si Habib.
“Pakai Dia!” Perintah Joni.
Anak buahnya yang masih menunggu giliran tidak perlu diperintah dua kali. Mereka langsung memegangi tangan dan kaki Ismi. Tangan-tangan kasar dan kejam merobek-robek baju Ismi. Kini tubuh putih mulus terpampang tanpa busana di hadapan mereka. Buah dada yang membulat kencang dan vagina yang menggunduk ditumbuhi bulu tipis menantang para preman itu untuk segera menikmati hidangan. Mereka pun “hom-pim-pa” siapa yang duluan masuk ke dalam memek bidadari mulus itu.
“Coba ceritakan.” Kata Joni sambil berdiri di depan murid si Habib.
“Iya, begini.” Murid si Habib buka suara.
“Yang keras!” Joni membentak. “Jenggot lebat kayak jembut gitu suara kayak perempuan lo!.” Joni menendang lelaki itu.
Lelaki itu meringis kesakitan dan bersuara lagi, kali ini lebih lantang. “Kita pelakunya. Kadang anak pak Habib suka menggoda kita. Sulit kita menahan godaan. Hamper tiap malam mereka bergantian dengan para santri. Pertama yang ajarin yang itu.” Lelaki itu menujuk Ismi.
Ismi sedang terlentang di hadapannya seorang lelaki dengan kontol sebesar kontol kuda sedang menggesek-gesekkan ujung kepala kontol nya di depan lobang Memek Ismi. Lelaki itu segera melesakkan kontol kuda nya masuk kedalam memek gadis itu. Gadis itu mendesah ketika menerima kontol itu.
“lanjutkan!” sentak Joni.
“Dulu sekali waktu pak Habib masih perang di Timur tengah. Si Ismi sering godain si Jamal, teman kami. Setelah si Jamal pergi, diusir karena ketahuan Kyai Rahman waktu lagi maen sama Siti pembantu di pesantren. Si Ismi malah makin gatelan, sering godain santri lain. Terus mulai dia ajak adiknya si Zaira.”
“kalian pesta seks.” Kata Joni sambil tertawa.
Si Habib tampak mengucap istiqfar gak karuan baca semua ayat dari ayat dari ayat kursi sampai meja sampai kulkas. Shock, karena mendengar cerita muridnya itu. Hatinya sudah hancur berantakan, harga dirinya sudah diinjak-injak, bukan hanya oleh para begundal gila sex itu melainkan juga diinjak-injak oleh para santrinya.
“Lalu?”
“kadang para santri pesta sex di gudang belakang pesantren. Kan kebanyakan dari kita mantan residivis pernah dipenjara semua, jadi liat cewe mulus gitu, ya bikin kita konak, gan.” Si santri menjelaskan.
Baca Juga : Cerita ngentot pacar baru ku yang masih perawan dan lugu
“adiknya yang kecil juga kalian pakai?” Kata Joni.
“kalau yang itu nggak tau deh. Cuma si Ismi dan Zaira saja, kadang Umi istrinya juga ikutan.” Kata si Santri.
(si Habib tambah kencang istigfar sambil jedotin kepala ke lantai, keras-keras.)
“yang kecil sering maen juga.” Kata santri yang lain. “saya pernah lihat dia maen pesta sex dirumah kosong dekat pesantren dengan anak-anak seusia dia, waktu pulang sekolah. hijab nya kadang dipakai buat ngelap peju anak-anak abg tanggung itu.”
Si Habib makin kenceng nangisnya.
Erangan si Ismi terdengar kencang, sehingga yang lain menengok. Ismi tampak menikmati semprotan peju dari lelaki bertitit kuda itu. Gadis itu tampak merem melek tanda orgasme. Nafasnya ngap-ngapan. Setelah si kontol kuda itu mengeluarkan barangnya dari memek gadis bertubuh sintal itu. Si Ismi langsung bangkit meraih penis kontol kuda itu langsung dimasukkan ke mulutnya. Rupanya si Ismi ketagihan dengan kontol sebesar itu. Anak buah Joni yang lain memegang pinggang Ismi yang menungging itu dan memasukkan tititnya ke memek gadis itu. Sedangkan yang lain menyodorkan titit nya yang langsung di sambar oleh tangan kiri Ismi, dan di kocok-kocoknya sembari mulutnya menyepong kontol kuda itu. Gadis itu rupanya menikmati perkosaan oleh para begundal itu. Sudah biasa dia main gangbang.
Demikian juga Zaira. Ia malah sedang melakukan woman on top, pinggangnya terlihat berputar-putar di atas titit anak buah joni yang bertubuh hitam legam. Mulutnya diisi dengan titit lelaki berbadan gempal. Sedangkan kedua tangannya terlihat mengocok penis dua lelaki lainnya. Buah dada Zaira terlihat bergoyang-goyang seirama goyangan pinggangnya, yang kadang memutar dan kadang naik turun. Leher dan perut Zaira terlihat bercak-bercak peju.
“kalian semua pernah dipenjara?” kata Joni kepada para santri itu.
Mereka semua mengangguk.
“Bawakan pil baru yang biru itu.” Kata Joni kepada anak buahnya. “Kamu semua tau kan hukum di penjara?”
Para Santri itu mengangguk.
Anak buah Joni memberikan sekantung pil. Joni menyuruh para Santri mengambil satu butir dari kantong itu.
“ini narkotika jenis baru. Kamu semua bekas penjahat, pasti semua pernah mabok. Minum!” Perintah Joni.
Para santri minum pil yang diberikan Joni.
“aku melihat kalian pesta gangbang.” Kata Joni. “Buka baju kalian!” Joni mengambil pistol dari balik pinggangnya dan menodongkan pistol nya.
Pada mula nya tiada berefek. Tapi melihat adegan Umi istri si Habib sedang sibuk mengocok lelaki lain. Badannya istri si Habib sudah bermandikan peju. Para lelaki di sampingnya masih bergantian untuk menikmati memek istri si Habib. Sedangkan si Ismi terlihat menikmati muncratan dari penis si kontol kuda. Zaira juga masih dengan Woman on Top nya tapi sudah berganti lelaki lain. Sedangkan Sarah anak yang terkecil sudah terkulai pingsan, memeknya penuh peju dengan lendir-lendir kekuningan dari lelaki-lelaki berpenyakit sipilis. Sudah tidak ada yang mau menjamah si Sarah.
Para Santri itu ngaceng tampak sebagian berusaha menahan titit nya untuk berdiri tapi sulit karena pengaruh obat.
Para santri langsung melucuti baju mereka sampai semua telanjang bulat. Mereka berjalan berbaris ke arah Ismi.
“Bukan yang itu, yang ini nih.” Si Joni menunjuk si Habib.
Para santri langsung bingung.
“Buruan tusbol tuh guru kalian! Si Habib sesat, biang rusuh!”
“Tapi kita kan laki-laki?” Santri bersuara.
“Bacot lo! Kayak nggak pernah di tusbol di penjara aja! Buruan!” Joni menodongkan pistol ke arah santri yang tadi bertanya. “Kalo keluar penjara trus tobat dan jadi Santri artinya dulu di penjara sering di tusbol.”
Para santri itu berdiri di belakang si habib yang sedang menungging. Si Habib terikat tangannya sehingga tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah seorang santrinya mengangkat jubahnya dan memelorotkan celana dalamnya.
Si santri langsung memasukkan titit ngacengnya ke lobang pantat si Habib.
“Astagfirullah!” Si habib berteriak kesakitan ketika lobang pantatnya di masukin titit muridnya.
Anggota geng Joni yang menyaksikan terbahak-bahak.
Si Habib yang sudah hancur hatinya tambah hancur lagi. Tidak disangka ia akan diperkosa para santrinya sendiri. Tidak disangka ia akan mengalami hal keji di sodomi lelaki seperti waktu ia di penjara di Tel Aviv di Israel. Dipikirnya si Habib dengan gelar yang di belinya dari seorang ulama di Suriah yang merupakan paman Istri-nya, maka ia akan dihormati di Indonesia, apalagi ia adalah mujahid yang pulang dari timur tengah.
Waktu dipenjara di Tel Aviv, Israel, si Habib tiap hari di sodomi oleh tentara-tentara Israel yang homo. Hampir 1 batalyon selama 2 tahun masa penahanannya. Itulah sebabnya si Habib anti dengan Israel dan orang Yahudi. Demikian juga waktu tertangkap oleh tentara Amerika di medan perang di Irak. Sudah 8 batalyon tentara homo dari Amerika, Inggris, dan sekutunya, yang tiap hari mensodomi si Habib. Itulah sebabnya si Habib benci setengah mati dengan bule terutama dengan orang Amerika.
Anggota geng Joni merekam video pemerkosaan si Habib sambil tertawa senang buat ancaman kalau si Habib macam-macam lagi dengan geng mereka.
——————————————————————————————————————————————————————————
Joni tersenyum melihat layar HP-nya.
Joni meletakkan Hp nya, ketika si Tina keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk putih, rambut wanita itu terurai basah, menggairahkan. Wanita itu berdiri dihadapannya dan membuka handuk putihnya menampakkan lekuk tubuhnya yang seksi dengan buah dadanya yang bulat bergantung. Tina segera naik ke ranjang, tete nya bergoyang-goyang ketika merangkak menghampiri Joni yang sudah telanjang bulat itu. Gadis berkulit kuning langsat itu meraih kontol si Joni yang masih lemas.
Total, sudah dua minggu sejak kejadian itu. Dan Joni hari ini meneruskan pertarungan dengan Tina yang sempat tertunda akibat ulah Habib Iqbal dan gerombolannya.
Joni merem-melek menikmati jilatan dan hisapan Tina di kepala kontolnya.
TAMAT